Tidak seperti biasanya, kawasan Tugu Muda Semarang yang dalam kesehariannya ramai dipadati lalu lintas kendaraan bermotor, namun pada saat itu suasananya telah berubah total menjadi sangat mencekam, tanpa penerangan lampu satupun.
Ternyata kejadian itu memang disengaja, karena saat itu sedang ada acara pertunjukan teaterikal yang diperankan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Pitoelas, dalam rangka memperingati Pertempuran Lima Hari di Semarang, yang diselenggarakan dibundaran Tugu Muda Semarang pada hari Jumat malam (14/10/2022).
Sejarah Pertempuran Lima Hari Di Semarang ini setiap tahun selalu diperingati, dan Teater Pitoelas selalu diminta untuk memerankannya dalam bentuk teterikal, agar masyarakat tahu keadaan yang telah terjadi sebenarnya pada saat itu, kata Drs. St. Sukirno, MS. yang meyutradarai dalam cerita itu.
Sekalipun saat pelaksanaan itu dalam kondisi gerimis, namun Teater Pitoelas yang saat itu berkolaborasi dengan siswa siswi SMK 17 Semarang tetap semangat dalam pentasnya hingga akhir ceritranya.
Dalam ceritanya, bahwa masyarakat Semarang pada saat itu telah antusias sekali dalam menyambut kemerdekaan Republik Indonesia, setelah mendengarkan berita proklamasi, 17 Agustus 1945.
Namun, masyarakat Semarang tiba tiba merasa geram setelah mendengar beredarnya kabar atas kematian dr. Kariyadi, serta kaburnya para tawanan Jepang. Mengetahui hal itu, lalu Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro (Ahmad Tohir Mubarok/FH) telah memberikan senjata seadanya kepada para pemuda (Sholihul Mukhtar/FEB dkk) untuk berperang melawan para prajurit Jepang (Marrieo/FH dkk). Dari perlawanan para pemuda Semarang tersebut akhirnya banyak korban yang berjatuhan.
Teatrikal yang dibawakan oleh UKM Teater Pitoelas itu merupakan serangkaian acara upacara memperingati “Pertempuran Lima Hari di Semarang” yang dihadiri langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah, H. Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin).
Dalam pidatonya Gus Yasin menyampaikan agar selalu mengingat para pejuang yang telah berguguran mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari serangan lawan.
Lebih lanjut dikatakan, tetapi sekarang ini jaman sudah berubah, lawan kita bukan lagi penjajah dari bangsa asing, tetapi lawan kita adalah orang orang yang tidak bertanggung jawab dan merusak generasi bangsa, seperti narkoba dan kekerasan seksual, yang sampai saat ini masih menghantui negeri ini.