Membangun suatu negara tidak hanya sekedar pembangunan fisik yang sifatnya material, namun sesungguhnya juga perlu membangun jiwa bangsa, ataupun membangun jiwa merdeka.
Untuk itu perlu mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan prilaku agar berorientasi kepada kemajuan, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan kompetitif.
Demikian disampaikan Rektor Untag Semarang, Prof. Dr. Suparno, MSi saat membuka acara pelatihan yang bertema "Membangun Jiwa Merdeka Melalui Pengembangan Kecerdasan Holistik Berbasis Pancasila" yang digelar secara webinar, baru baru ini.
Adapun pembicara yang lain yaitu Prof. Dr. Edy Lisdiyono, SH. MHum (Dekan Fakultas Hukum Untag Semarang), Dr. Arqom Kuswanjoyo (Dekan Fakultas Filsafat UGM), Prof. Gunawan Sumodiningrat (Sekretaris Dewan Guru Besar UGM), Dr. Heri Santoso (Kepala Lafinus UGM), dan Surono, MA (Analisa Data Pusat Studi Pancasila UGM).
Menurut Ketua pelaksana Nyoman Ardika, SH. MHum bahwa kegiatan pelatihan ini merupakan tindak lanjut kerjasama antara Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta dengan Fakultas Hukum Untag Semarang, yang diprakarsai oleh Laboratorium Filsafat Nusantara (Lafinus) Fakultas Filsafat UGM dengan Pusat Kajian Pancasila dan Kajian Konstitusi Fakultas Hukum Untag Semarang.
Adapun maksud dan tujuannya adalah membangun jiwa merdeka, dimana para peserta pelatihan akan diberikan pemahaman tentang apa itu jiwa merdeka, serta untuk membangun jatidiri, yang dilakukan dengan cara membedah jatidiri kita agar terlepas dari terbelenggunya sifat duniawi yang tidak menjadikan kita merdeka, kemudian selangkah demi selangkah kita mengikuti jatidiri untuk menemukan Tuhan Yang Maha Esa.
Prof. Suparno menyampaikan bahwa untuk membangun jiwa merdeka diperlukan kecerdasan holistik, yaitu suatu filsafat pendidikan yang bersumber dari pemikiran bahwa pada dasarnya setiap individu dapat menemukan identitas dirinya, tujuan hidupnya dan makna hidupnya, melalui hubungan yang dijalin dengan masyarakat dan nilai nilai spiritual yang dimilikinya serta lingkungan alam dan sekitarnya.
Dengan demikian pengembangan kecerdasan holistik ini haruslah berbasis pada filsafat Pancasila, karena identitas bangsa sangat penting bagi suatu bangsa dalam membangun karakter dan sikap bangsanya, terutama di era negara kebangsaan (National State) sekarang ini.
Karena bangsa yang kehilangan identitasnya akan menjadi bangsa yang terombang ambing, yang pada akhirnya akan menjadi bangsa yang hancur, karena tidak memiliki karakter dan tidak pernah bisa mengambil sikap.
Bangsa Indonesia telah sepakat Pancasila dijadikan sebagai identitas atau jatidiri bangsa, dimana bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang percaya dan sangat menjunjung tinggi bahwa kebenaran yang berdasarkan wahyu Tuhan Yang sebagai kebenaran yang utama (berpola pikir Magis Denken).
Maka dalam melaksanakan pembangunan nasionalnya, bangsa Indonesia tidak hanya bercita cita menjadi bangsa yang sejahtera secara jasmani, tetapi juga sejahtera secara rohani. Bukan hanya sejahtera secara meterial, tetapi juga sejahtera secara spiritual, inilah yang dimalsud dengan sejahtera secara utuh.